Menikmati Kuliner Sulawesi di Bandung
Menikmati kuliner khas Sunda, rajanya memang di Kota Bandung.
Beragam makanan khas bertebaran di kota berjuluk Paris Van Java ini. Mulai yang
berbahan dasar ayam, ikan, hingga bebek. Sangat mudah didapatkan. Selain
makanan khas Sunda, tersaji juga menu western atau menu oriental di berbagai
restoran hingga kedai kaki lima.
Lalu bagaimana kalau orang Sulawesi kangen dengan makanan khas
daerahnya? Tidak perlu khawatir. Karena di Bandung pun makanan khas Sulawesi
bisa kita temui. Salah satunya, kita bisa datang ke Warung Rasa Sulawesi yang
terletak di Kompleks Pondok Pesantren Daruut Tauhid dan Food Court 5Limamu,
jalan Geger Kalong Girang Bandung.
Kedua tempat makan ini dimiliki Rahmawati, warga asal Palu yang
kini bermukim di Bandung sejak 10 tahun silam. Di temui di sela-sela
kesibukannya melayani pelanggan di Food Court 5 Limamu, Wati mengungkapkan
kalau counternya di Food Court itu baru saja dibukannya. Sebelumnya, ia
merintis di Kompleks Daruut Tauhid.
Dua kali ia
juga pernah membuka gerainya di Be Mall dan Griya Pahlawan, Bandung. Karena
kekurangan tenaga kerja, akhirnya gerai itu ia tutup dan tinggal dua warung
yang ia buka. ‘’ Ini juga kewalahan. Karena tempat ini selalu ramai oleh
pengunjung terutama pelajar dan mahasiswa yang bermukim di sekitar Geger Kalong
Girang ini,’’ ujar Wati, panggilan akrab dari ibu satu anak ini suatu saat
ketika di Warung Rasa Sulawesi di jalan Geger Kalong Girang , Bandung.
Mengenai menu, wati mengungkapkan kalau ia menyajikan masakan dari
Manado, Gorontalo, Palu dan Makassar. Selain itu ia juga menyajikan aneka
racikan minuman dan es yang namanya diambil dari nama-nama khas di Sulawesi.
Sebut saja gerai esnya ia beri nama Rampi.
Khusus makanan, Wati menyiapkan menu ikan bakar atau goreng
dengan bumbu dabu-dabu dan
rica-rica yang menjadi favorit pelanggannya. Sop Konro dan Coto Makassar juga
menjadi andalan Warung Rasa Sulawesi, yang selalu diburu. Disamping itu
terdapat juga ikan dan cumi woku yang mengundang selera. Pada saat tertentu,
bila ada pesanan kaledo, atau makanan khas lainnya, Wati selalu bisa
menyiapkannya. ‘’ Pokoknya, pelanggan bisa request menu khas Sulawesi yang
tidak umum kami sajikan. Hanya saja, mereka harus pesan dulu. Karena bahannya
juga harus kami pesan dulu ke Sulawesi, seperti kalau mau membuat Kaledo,’’ ungkapnya.
Soal harga, Warung Rasa Sulawesi mematok harga berdasarkan
kemampuan kantong mahasiswa. ‘’Karena yang umumnya makan adalah pelajar dan
mahasiswa, yah kita patok harganya paling mahal Rp 20.000. Tapi kalau pesanan
khusus, tentu saja harganya beda,’’ jelas Wati lagi.
Ihwal berdirinya warungnya ini dikisahkan Wati, dimulai tahun
2009. Karena senang memasak, Wati awalnya banyak membuat kue. Baik itu kue basah maupun kering.
Kue-kue buatannya itu ia jajakan di sekitar Pondok Pesantren Daruut Tauhid
Bandung milik KH Abdullah Gymnastiar atau yang akrab dipanggil Aa Gym. Ia juga
banyak memasok kuenya ke kediaman Aa Gym untuk suguhan tamu para tamu. Bukan
hanya itu, Waty sempat menjajakan dagangan kuenya di Pasar Kaget Lapangan
Gasibu setiap hari Minggu. Seiring perjalanan waktu, Waty pun merintis membuka
warung makan yang akhirnya ia berinama Rasa Sulawesi. ‘’Karena makanannya
merupakan khas semua daerah di Sulawesi, makanya saya beri nama rasa Sulawesi,’’
ujar Waty yang sangat mahir memasak dari belajar otodidak.
· Pernah dimuat di Harian Mercusuar Palu